Sebuah kabar mengagetkan datang dari Noorca Massardi, pengamat film yang sekaligus budayawan senior Indonesia. Di akun Facebooknya, ia menulis sebuah note mengenai diberlakukannya bea masuk hak distribusi film impor di Indonesia. Dengan begitu, film-film impor terancam tidak tayang di Indonesia!
Berita yang satu ini jauh lebih tidak mengenakkan dibandingkan kabar akan adanya demonstrasi besar-besaran di Bundaran HI yang dilakukan FPI atas reaksinya terhadap pernyataan Presiden SBY yang berencana membubarkan FPI. Dalam note-nya, Noorca Massardi menjelaskan bahwa mulai Januari 2011, Direktorat Bea Cukai memberlakukan aturan baru mengenai bea masuk atas hak distribusi. Itu berarti, setiap film impor yang masuk ke Indonesia akan dikenakan bea masuk. Untuk besar jumlah pajaknya belum diketahui.
Padahal, selama ini, setiap kopi film yang masuk ke Indonesia telah dikenakan bea masuk+pph+ppn yang jumlahnya mencapai 23,75% dari nilai barang. Ditjen Pajak juga selalu mendapatkan pajak penghasilan sebesar 15 persen dari hasil pemutaran setiap film. Penonton yang menyaksikan film tersebut pun tak terhindarkan dari pajak tontonan yang besarnya berkisar 10—15 persen dan dana tersebut masuk ke kas Pemda wilayah yang bersangkutan.
Menanggapi keputusan “gaib” ini, MPA sebagai Asosiasi Produsen Film Amerika memutuskan untuk tidak mendistribusikan seluruh film amerika di Indonesia mulai Kamis, 17 Februari 2011. Semua film yang sedang tayang di Indonesia pun bisa sewaktu-waktu dicabut hak edarnya jika pihak pemilik film impor menginginkannya.
Belum ada kabar mendetail mengenai alasan Dirjen Pajak memberlakukan bea masuk ini. Yang pasti, kita terancam tidak dapat menyaksikan True Grit, Black Swan, 127 Hours, dan film-film seru lainnya yang sudah kita nantikan sejak tahun lalu. Sebagai pecinta film dan orang yang digaji untuk menonton dan membuat review mengenai film-film impor, saya sangat kecewa. Adakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi?
Source:
http://www.jagatreview.com/2011/02/f...kop-indonesia/
----------------------------------------------------------------
Ini berita Resmi Internasionalnya :
Cinemas Face Threat of US Movie Boycott
Elisabeth Oktofani | February 18, 2011
Cinema screens across the country may soon have little to show except local movies if a new threat by American film producers to boycott exports to Indonesia is carried out.
The warning has come from the Motion Picture Association,*the international counterpart of the Motion Picture Association of America,*which has apparently been angered by a proposed levy slapped on imported films.
Freelance film reviewer Bobby Batara told the Jakarta Globe that Frank Rittman, MPA’s vice president for the Asia Pacific, aired the warning after a preview screening for journalists on Thursday of the Oscar-nominated US film “Black Swan.”
Bobby, who attended the event, said Rittman had complained about a new tax that would soon be applied by Indonesia’s customs office.
Rittman was quoted by a number of journalists at the screening as saying that the new government regulation on film importation could force big American studios to stop sending movies to Indonesian cinemas.
MPA representatives could not be reached for confirmation.
Titis Sapto Raharjo, editor in chief of Flick Online Magazine, a film review site, was also at the screening and said the rumor was that the government planned to impose a levy of 43 cents per meter of film imported.
Government officials involved in the matter declined to confirm the figure, saying only that talks were still ongoing.
Syamsul Lussa, a representative from the Ministry of Culture and Tourism, said he did not want to comment because the levy had not been finalized yet. “We will discuss it with the tax and customs directorate as there is a high demand for imported films in Indonesia,” he told the Globe.
Bambang Permadi Brodjonegoro, head of fiscal policy at the Ministry of Finance, said the details had not been finalized because negotiations with the MPA were still ongoing.
“I can’t provide any details until it has been discussed at the fiscal policy body. Please wait until next week,” he said in a message to the Globe. “It’s better to wait until after we have met with [officials from] customs and duties.”
Titis criticized the MPA for bringing up the issue before talks had been completed. “This is an internal discussion between the government and the MPA,” he said. “Therefore, it is very important that Frank not bring this case up to the public.”
Nauval Yazid, manager of the annual Jakarta International Film Festival (JiFFest), said if the threat were carried out, it would deal a significant blow to cinemas and filmgoers across the country.
“Stopping film exports to Indonesia would affect many people,” he said. “Besides, the Indonesian film industry is grappling with piracy, which cannot be stopped. It’s very important that the MPA discuss and resolve this problem with customs.”
Members of the MPA include some of the biggest studios in the United States, including Walt Disney Pictures, Paramount Pictures, Sony Pictures Entertainment, Twentieth Century Fox Film, Universal Pictures and Warner Bros. Entertainment.
Indonesia’s film industry has suffered a downturn in recent years. In 2009, six local films sold more than a million tickets each at the box office. In 2010, only one movie broke the million mark.
Last year, 81 Indonesian films had cinema releases, slightly down from 83 films in 2009, although a significant decline from 91 big-screen releases in 2008
Sumber : http://www.thejakartaglobe.com/home/...boycott/423370
--------------------------------
Info : ini bukan hoax dan sudah terjadi..!!!
Buktinya :
1. Film 127 hours yg sudah di-confirm oleh 21 akan turun hari ini ternyata tidak ada.
2. Besok tidak ada midnight show dengan film baru sama sekali.
3. Buka web 21 cineplex. Mulai hari ini, tiba-tiba semua coming soon nya film indo..tidak ada film luar sama sekali..
silahkan cek di web resmi 21Cineplex : http://www.21cineplex.com/coming.htm
Without Hollywood movie, mau putar apa bioskop seperti EX, Ps, Sency, Gdg, Empo, dll..
Apalagi Film Indo smakin turun kualitasnya..
Semoga masalah ini cepat ditemukan solusinya oleh semua pihak, demi para pecinta film!!
UPDATE BERITA
PEMUTARAN khusus wartawan Black Swan di Djakarta XXI, Kamis (17/2) siang ini berakhir tak biasa.
Usai film, seorang bule bicara di depan hadirin. "Terima kasih sudah datang menonton film ini. Anda semua termasuk yang beruntung menontonnya di bioskop, karena bisa jadi film ini takkan edar di bioskop," kata pria bule yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Frank S. Rttman, Vice President Deputy Managing Director Regional Policy Office ASia-Pasicif MPAA (Motion Picture Association of America).
Kami semua melongo. Lho, memangnya kenapa? Apa Black Swan tidak lolos sensor di detik terakhir? Bukan, ternyata masalahnya bukan pada Black Swan. Melainkan pada semua film impor, baik dari Hollywood maupun negara lain.
Jadi, pemerintah mengeluarkan regulasi yang membebankan tarif pajak baru pada setiap film impor mulai tahun ini. Kebijakan ini rupanya dirasa memberatkan oleh pihak distributor film. "Hanya Indonesia yang memiliki aturan seperti itu," kata Rittman.
Rittman mengatakan, pihaknya kini sedang melakukan pembicaraan intensif dengan pihak pemerintah. Sampai ada keputusan yang pasti, film impor yang belum beredar ditunda. "Kami ingin melanjutkan bisnis di sini," kata Rittman.
Wah, jika tak kunjung menemui titik temu, bioskop bisa jadi hanya diisi film nasional. Bagaimana kelanjutan bioskop tanpa film impor?
Di tempat yang sama, ada Noorca M. Massardi selaku Humas Kelompok 21. Noorca mengatakan, "Kami belum bisa berkomentar soal masalah ini," katanya. Ia melanjutkan, pihaknya menunggu keputusan dari pembicaraan pihak distributor film dan pemerintah.
Menengok situs 21 Cineplex, saat ini baru saja beredar film unggulan Oscar The King's Speech, The Fighter, juga tengah edar film aksi 22 Bullets, serta film romantis No Strings Attached, film super hero The Green Hornet,The Mechanic, The Hole, dan Shaolin juga masih edar. Di situs Blitz Megaplex, ada film-film yang tak datang dari Hollywood seperti Patiala House (Bollywood), Biutiful (Spanyol), dan Crazy Little Thing Called Love (Thailand).
Dari jajaran film nasional kita disuguhi Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang karawang, dan Rindu Purnama.
Mau nonton yang mana?
SUMBER :
http://www.tabloidbintang.com/film-t...i-bioskop.html
Berita yang satu ini jauh lebih tidak mengenakkan dibandingkan kabar akan adanya demonstrasi besar-besaran di Bundaran HI yang dilakukan FPI atas reaksinya terhadap pernyataan Presiden SBY yang berencana membubarkan FPI. Dalam note-nya, Noorca Massardi menjelaskan bahwa mulai Januari 2011, Direktorat Bea Cukai memberlakukan aturan baru mengenai bea masuk atas hak distribusi. Itu berarti, setiap film impor yang masuk ke Indonesia akan dikenakan bea masuk. Untuk besar jumlah pajaknya belum diketahui.
Padahal, selama ini, setiap kopi film yang masuk ke Indonesia telah dikenakan bea masuk+pph+ppn yang jumlahnya mencapai 23,75% dari nilai barang. Ditjen Pajak juga selalu mendapatkan pajak penghasilan sebesar 15 persen dari hasil pemutaran setiap film. Penonton yang menyaksikan film tersebut pun tak terhindarkan dari pajak tontonan yang besarnya berkisar 10—15 persen dan dana tersebut masuk ke kas Pemda wilayah yang bersangkutan.
Menanggapi keputusan “gaib” ini, MPA sebagai Asosiasi Produsen Film Amerika memutuskan untuk tidak mendistribusikan seluruh film amerika di Indonesia mulai Kamis, 17 Februari 2011. Semua film yang sedang tayang di Indonesia pun bisa sewaktu-waktu dicabut hak edarnya jika pihak pemilik film impor menginginkannya.
Belum ada kabar mendetail mengenai alasan Dirjen Pajak memberlakukan bea masuk ini. Yang pasti, kita terancam tidak dapat menyaksikan True Grit, Black Swan, 127 Hours, dan film-film seru lainnya yang sudah kita nantikan sejak tahun lalu. Sebagai pecinta film dan orang yang digaji untuk menonton dan membuat review mengenai film-film impor, saya sangat kecewa. Adakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi?
Source:
http://www.jagatreview.com/2011/02/f...kop-indonesia/
----------------------------------------------------------------
Ini berita Resmi Internasionalnya :
Cinemas Face Threat of US Movie Boycott
Elisabeth Oktofani | February 18, 2011
Cinema screens across the country may soon have little to show except local movies if a new threat by American film producers to boycott exports to Indonesia is carried out.
The warning has come from the Motion Picture Association,*the international counterpart of the Motion Picture Association of America,*which has apparently been angered by a proposed levy slapped on imported films.
Freelance film reviewer Bobby Batara told the Jakarta Globe that Frank Rittman, MPA’s vice president for the Asia Pacific, aired the warning after a preview screening for journalists on Thursday of the Oscar-nominated US film “Black Swan.”
Bobby, who attended the event, said Rittman had complained about a new tax that would soon be applied by Indonesia’s customs office.
Rittman was quoted by a number of journalists at the screening as saying that the new government regulation on film importation could force big American studios to stop sending movies to Indonesian cinemas.
MPA representatives could not be reached for confirmation.
Titis Sapto Raharjo, editor in chief of Flick Online Magazine, a film review site, was also at the screening and said the rumor was that the government planned to impose a levy of 43 cents per meter of film imported.
Government officials involved in the matter declined to confirm the figure, saying only that talks were still ongoing.
Syamsul Lussa, a representative from the Ministry of Culture and Tourism, said he did not want to comment because the levy had not been finalized yet. “We will discuss it with the tax and customs directorate as there is a high demand for imported films in Indonesia,” he told the Globe.
Bambang Permadi Brodjonegoro, head of fiscal policy at the Ministry of Finance, said the details had not been finalized because negotiations with the MPA were still ongoing.
“I can’t provide any details until it has been discussed at the fiscal policy body. Please wait until next week,” he said in a message to the Globe. “It’s better to wait until after we have met with [officials from] customs and duties.”
Titis criticized the MPA for bringing up the issue before talks had been completed. “This is an internal discussion between the government and the MPA,” he said. “Therefore, it is very important that Frank not bring this case up to the public.”
Nauval Yazid, manager of the annual Jakarta International Film Festival (JiFFest), said if the threat were carried out, it would deal a significant blow to cinemas and filmgoers across the country.
“Stopping film exports to Indonesia would affect many people,” he said. “Besides, the Indonesian film industry is grappling with piracy, which cannot be stopped. It’s very important that the MPA discuss and resolve this problem with customs.”
Members of the MPA include some of the biggest studios in the United States, including Walt Disney Pictures, Paramount Pictures, Sony Pictures Entertainment, Twentieth Century Fox Film, Universal Pictures and Warner Bros. Entertainment.
Indonesia’s film industry has suffered a downturn in recent years. In 2009, six local films sold more than a million tickets each at the box office. In 2010, only one movie broke the million mark.
Last year, 81 Indonesian films had cinema releases, slightly down from 83 films in 2009, although a significant decline from 91 big-screen releases in 2008
Sumber : http://www.thejakartaglobe.com/home/...boycott/423370
--------------------------------
Info : ini bukan hoax dan sudah terjadi..!!!
Buktinya :
1. Film 127 hours yg sudah di-confirm oleh 21 akan turun hari ini ternyata tidak ada.
2. Besok tidak ada midnight show dengan film baru sama sekali.
3. Buka web 21 cineplex. Mulai hari ini, tiba-tiba semua coming soon nya film indo..tidak ada film luar sama sekali..
silahkan cek di web resmi 21Cineplex : http://www.21cineplex.com/coming.htm
Without Hollywood movie, mau putar apa bioskop seperti EX, Ps, Sency, Gdg, Empo, dll..
Apalagi Film Indo smakin turun kualitasnya..
Semoga masalah ini cepat ditemukan solusinya oleh semua pihak, demi para pecinta film!!
UPDATE BERITA
PEMUTARAN khusus wartawan Black Swan di Djakarta XXI, Kamis (17/2) siang ini berakhir tak biasa.
Usai film, seorang bule bicara di depan hadirin. "Terima kasih sudah datang menonton film ini. Anda semua termasuk yang beruntung menontonnya di bioskop, karena bisa jadi film ini takkan edar di bioskop," kata pria bule yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Frank S. Rttman, Vice President Deputy Managing Director Regional Policy Office ASia-Pasicif MPAA (Motion Picture Association of America).
Kami semua melongo. Lho, memangnya kenapa? Apa Black Swan tidak lolos sensor di detik terakhir? Bukan, ternyata masalahnya bukan pada Black Swan. Melainkan pada semua film impor, baik dari Hollywood maupun negara lain.
Jadi, pemerintah mengeluarkan regulasi yang membebankan tarif pajak baru pada setiap film impor mulai tahun ini. Kebijakan ini rupanya dirasa memberatkan oleh pihak distributor film. "Hanya Indonesia yang memiliki aturan seperti itu," kata Rittman.
Rittman mengatakan, pihaknya kini sedang melakukan pembicaraan intensif dengan pihak pemerintah. Sampai ada keputusan yang pasti, film impor yang belum beredar ditunda. "Kami ingin melanjutkan bisnis di sini," kata Rittman.
Wah, jika tak kunjung menemui titik temu, bioskop bisa jadi hanya diisi film nasional. Bagaimana kelanjutan bioskop tanpa film impor?
Di tempat yang sama, ada Noorca M. Massardi selaku Humas Kelompok 21. Noorca mengatakan, "Kami belum bisa berkomentar soal masalah ini," katanya. Ia melanjutkan, pihaknya menunggu keputusan dari pembicaraan pihak distributor film dan pemerintah.
Menengok situs 21 Cineplex, saat ini baru saja beredar film unggulan Oscar The King's Speech, The Fighter, juga tengah edar film aksi 22 Bullets, serta film romantis No Strings Attached, film super hero The Green Hornet,The Mechanic, The Hole, dan Shaolin juga masih edar. Di situs Blitz Megaplex, ada film-film yang tak datang dari Hollywood seperti Patiala House (Bollywood), Biutiful (Spanyol), dan Crazy Little Thing Called Love (Thailand).
Dari jajaran film nasional kita disuguhi Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang karawang, dan Rindu Purnama.
Mau nonton yang mana?
SUMBER :
http://www.tabloidbintang.com/film-t...i-bioskop.html
No comments:
Post a Comment
berkomentarlah sesuai dengan topik diatas